Sabtu, 21 Maret 2009

Icuk Sugiarto


Icuk Sugiarto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 4 Oktober 1962; umur 46 tahun) adalah juara dunia bulu tangkis tahun 1983, yang juga adalah legenda tunggal putra bulutangkis Indonesia bersama Liem Swie King, Lius Pongoh, Hastomo Arbi, Kartono,dll serta pahlawan bulutangkis Indonesia di era 1980-an bersama pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia yang lainnya. Beliau sekarang menjadi salah satu staf ahli menpora di eranya SBY-JK.
Icuk dikenal sebagai atlit bulu tangkis yang kerap menjuarai pertandingan baik di dalam maupun luar negeri. Kiprahnya dalam dunia bulu tangkis memuncak pada saat dia memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia yang telah memberikannya gelar Juara Dunia pada tahun 1983 dan 1986. Teknik-teknik tajam yang dahulu digunakannya pada setiap pertandingan seakan melegenda. Bahkan hingga kini, diusianya yang ke 46, beliau masih belum kehilangan kelihaiannya dalam bemain bulu tangkis. Hal ini dibuktikan dengan kepiawaiannya melatih anak didiknya di klub PB Pelita Bakrie.
Suami dari Hj. Nina Yaroh dan ayah dari Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto ini seakan tak dapat dipisahkan dari bulu tangkis. Kendati karirnya menjadi atlit bulu tangkis telah selesai, namun dia tetap berjuang dengan segala cara untuk meningkatkan permainan atlit-atlit bulu tangkis Indonesia agar selalu dapat menorehkan prestasi tertinggi pada setiap pertandingannya.


Latar belakang dan keluarga
Putera ke tiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Harjo Sudarmo dan Ciptaningsih (alm) ini sudah menunjukkan bakatnya dalam bermain bulu tangkis semenjak menginjak usia 12 tahun. Orang tua Icuk sendiri tak pernah menyia-nyiakan bakat yang dimiliki puteranya itu. Sejak dini Icuk digembleng di klub di daerahnya, Solo, hingga akhirnya dia diboyong ke Jakarta.
Icuk memulai pendidikan formalnya di SD Negeri 3 Kratonan dan SMP Negeri 1 yang keduanya berada di Solo. Karena kemampuannya yang dirasa semakin lama semakin meningkat, Icuk pun mendapatkan kesempatan untuk hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri Ragunan.
Pada tahun 1983 Icuk menikah dengan Hj. Nina Yaroh seorang atlet bulutangkis putri nasional dari Medan, dan pada tahun 1984 pasangan tersebut dianugrahi anak pertama mereka, Natassia Octaviani Sugiarto, dan menyusul Tommy Sugiarto dan si bungsu Jauza Fadhilla Sugiarto pada tahun 1988 dan 1999.
Tommy Sugiarto sendiri saat ini sedang merintis karir pada bidang yang sama dengan yang digeluti oleh sang ayah, bulu tangkis, yang telah membawanya sebagai atlit bulu tangkis terbaik di level 14 tahun ke bawah untuk tingkat DKI Jakarta. Tommy terpilih sebagai tunggal keempat tim Piala Thomas Indonesia tahun 2008. Prestasinya bisa dibilang membanggakan Icuk. di usia 14 tahun, dia sudah bisa membawa Klub Bulutangkis Pelita Bakrie tempat ia bernaung menjadi juara umum ditingkat cabang PBSI Jakarta Barat dengan meraih gelar di nomor Tunggal Remaja dan Taruna serta Ganda Remaja Putra.
Tommy saat itu juga sudah mampu tampil di ajang bulutangkis nasional, Samsung-SGS II yang diselenggarakan di Bandung, di partai pamungkas dan berhasil menembus final tunggal remaja. 2 tahun belakangan ini prestasinya bisa dibilang lumayan. Tampaknya teladan ayahnya menjadikannya selalu berusaha lebih keras dari waktu ke waktu sehingga diharapkan dapat menyaingi reputasi ayahnya di bidang pebulutangkisan kelak
Tampaknya Icuk Sugiarto memang tak dapat jauh dari dunia bulu tangkis. Karena selain Tommy Sugiarto yang telah mengikuti jejaknya untuk menjadi pemain bulu tangkis profesional, Hj. Nina Yaroh, sang istri, saat ini juga menjabat sebagai Ketua Kepengurusan cabang PBSI daerah Jakarta Barat. Terbukti sekali kecintaan Icuk pada bulu tangkis sangat tinggi, karena baginya bulu tangkis bukan lagi sekadar olah raga yang dapat mendatangkan medali dari pertandingan-pertandingan dalam dan luar negeri, namun lebih pada sesuatu yang telah merekatkan hubungannya dengan keluarga.

Kiprah keatlitan Icuk Sugiarto
Icuk kecil terlihat sudah tertarik pada bulu tangkis sejak berusia 12 tahun. Nampaknya orang tua Icuk tak ingin melepaskan minat dan bakat yang dimiliki putranya maka pada tahun 1974 Icuk pun dimasukkan ke dalam klub bulu tangkis pertamanya, yaitu Klub taruna, kemudian pindah ke klub Abadi Sekolah Atlet ragunan.
Dari tempat ini Icuk mendapat banyak pelajaran berharga yang membuatnya semakin mantap menitipkan hatinya pada olah raga yang pada awalnya dipopulerkan di Inggris ini.

Kejuaraan
Tak lengkap rasanya jika perjuangan melewati hari demi hari di kamp pelatihan tanpa diuji di lapangan pertandingan. Icuk mengikuti pertandingan bulu tangkis skala internasional pertamanya pada tahun 1979 yang membuatnya menyandang predikat sebagai Juara I Single ASEAN pelajar. Pertandingan demi pertandingan dilewatinya dengan gilang gemilang. Tak kurang dari tiga puluh pertandingan menjadi saksi kemenangannya. Hingga akhirnya pada tahun 1983, Icuk Sugiarto, atas nama Indonesia menyabet gelar yang paling bergengsi di dunia bulu tangkis: Juara Dunia Single.


Prestasi
1979
Juara I Single Asean Pelajar
1980
Juara I Double Nasional.
1981
Juara I Double India Terbuka.
1981
Juara Double PON IX.
1982
Juara I Double Asian Games.
1982, 1986 & 1988
Juara I Single Indonesia Terbuka.
1985
Juara Single PON X.
1983 s/d 1987
Juara Nasional.
1983 s/d 1986
Juara I Taiwan Terbuka.
1983
Juara Dunia Single.
1984
Juara I Single Malaysia Terbuka
1984 & 1985
Juara I Single Thailand Terbuka
1984
Juara I Single Belanda Terbuka
1985
Juara I Single Piala Dunia ALBA
1985, 1987 & 1989
Juara Single Sea Games
1986
Juara I Single China Terbuka
1986
Juara I Single Piala Dunia 555
1987
Runner Up Single All England
1988
Juara I Single Perancis Terbuka
1988
Juara I Single Hongkong Terbuka
1984, 1986, 1988 & 1990
Team Thomas Cup
1983, 1984 & 1985
Team Asia

Penghargaan
Perjuangannya membela nama bangsa tidak hanya sekali dua kali dilakukannya. Pemerintah pun tampaknya tidak menutup mata pada bakat dan prestasi yang diraihnya. Berbagai macam penghargaan diberikan padanya sebagai salah satu bentuk apresiasi yang diberikan pemerintah padanya. Sebut saja gelar atlet terbaik yang dianugrahkan sebanyak 4 kali oleh SIWO PWI padanya sebanyak 4 kali dalam kurun waktu sepuluh tahun, Bintang jasa Kelas I dari Menpora, hingga Bintang Satya Lencana Kebudayaan yang dianugrahkan Presiden RI pada tahun 1991.


Penghargaan
1983
Warga Teladan Kelas I di Solo dari Pemda.
1984
Mendapat tanda jasa Bintang Kelas I dari MENPORA.
1986
Atlet Terbaik Asia Pilihan Wartawan China.
1982, 1983, 1986 & 1988
Atlet Terbaik Indonesia Pilihan SIWO PWI.
1991
Mendapat Bintang Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden R.I.
1997
Mendapat Bintang Satya Jasa dari PB. PBSI.
1999
Mendapat Bintang Service Award dari IBF.
2007
Mendapat Gadget Award Katagori Tokoh Olahraga 2007.

Kiprah paska keatlitan
Kendati Icuk Sugiarto telah menggantungkan raketnya pada tahun 1989, namun sang Juara Dunia tahun 1983 ini seakan tak mau melupakan bidang yang telah membesarkan namanya. Merasa memiliki tanggung jawab untuk memajukan dunia perbulutangkisan negeri agar tak pernah kalah dengan negara-negara lain, Icuk pun masih tetap meluangkan waktunya untuk berkiprah dalam bidang pebulutangkisan walau saat ini berada di balik layar.
Saat ini ia tercatat sebagai pelatih di PB Pelita Bakrie. Kerja kerasnya telah membuahkan hasil dengan mencetak atlit-atlit muda handal semisal Candra Wijaya, Nova Widiyanto, Markis Kido, Vita Marisa, Toni Gunawan Tak berhenti sampai disitu, segudang kegiatan yang terkait dengan bulu tangkis pun dilakoninya. Pada saat Icuk menjabat sebagai Ketua Pengurus Daerah DKI Jakarta juga salah satu Pengurus PB PBSI dan tak hanya itu, dia pun dipercaya oleh Menegpora Adhyaksa Dault untuk menjabat posisi Staf Ahli Menegpora untuk periode tahun 2004 hingga sekarang.
Sebagai mantan atlit, tak aneh rasanya jika dia sangat mengerti kebutuhan para atlit bulu tangkis. Dimulai dari sarana dan prasarana hingga program pelatihan yang diharapkan merata dari pusat hingga daerah. Beliau berpendapat jika bibit-bibit unggul tidaklah harus berasal dari pusat, namun juga dapat digali di daerah-daerah, oleh karena itu pelakuan atlit baik yang berada di pusat maupun di daerah haruslah sama.
Tidak hanya atlit saja yang menjadi perhatiannya, namun juga basib para mantan atlit yang telah berjasa mengharumkan nama bangsa baik pada kancah nasional maupun internasional. Masalah-masalah yang terkait dengan keadaan ekonomi dan status kewarganegaraan mantan atlit (dan atlit saat ini) juga tak luput dari perhatiannya. Keinginannya saat ini adalah lebih meningkatkan prestasi bulu tangkis Indonesia di kancah internasional yang sempat selama beberapa tahun ini mati suri dengan membangun struktur organisasi yang kuat pada tubuh PBSI.


Jabatan
1989 – Sekarang
Ketua Umum PB. Pelita Bakrie.
1997 – 2001
Direktur Pemandu Bakat PB. PBSI
1996-1999 & 1999-2002
Ketua Umum Pengcab PBSI Jakarta Barat.
2002-2006 & 2006-2010
Ketua Umum Pengda PBSI DKI Jakarta.
1994 – Sekarang
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Generasi Muda Kosgoro.
1994 – 1999
Ketua Dewan Pimpinan Pusat KNPI.
2000 – 2004
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Garda Muda Merah Putih.
2005 - 2008
Anggota Majelis Pemuda Indonesia DPP KNPI
1998
Caleg DPR RI.
2004 – 2005
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi & Pelatnas PB. PBSI.
2007 – 2011
Ketua Umum Pengurus Pusat IANI (Ikatan Atlet Nasional Indonesia).
2004 – Sekarang
Staf Khusus MENPORA R.I.
2005 - Sekarang
Komisaris Utama PT. Cipta Langit Biru
2005 – Sekarang
Penasehat BPPOP (Badan Pusat Penyelenggara Olahraga Profesional)
2007- 2012
Ketua Departemen Olahraga DPP Partai Persatuan Pembangunan
2006- Sekarang
Tim Ahli Lembaga Anti Doping Indonesia.
2007-2011
Ketua bidang dana PERTINA
2007 - Sekarang
Ketua Umum Yayasan Peduli Atlet Indonesia/YPAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar